Kalau kalian mengikuti wattpad saya, pasti tau dong kalo saya tergila-gila sama horor psikologis? Jadi pas tahu Teddy Soeriatmadja bikin film horror psikologis berjudul Pulang--atau judul bahasa inggrisnya Affliction, saya langsung tertarik banget untuk nonton.
Secara Badai Pasti Berlalu garapan Teddy Soeriatmadja sempet bikin saya cukup terhemek-hemek, saya jadi kepo, apakah Teddy Soeriatmadja bakal se-OP itu kalo bikin film Horror?
Apalagi ini film di rave banget sama kebanyakan reviewer di Twitter karena konon minim jumpscare, bagus banget, mainin mood dan psikologis banget. Langsung saja saya hajar menonton film ini di Netflix.
disclaimer: Review ini mengandung Spoiler garis keras! Jangan baca kalau kalian belum nonton filmnya
Plot Pulang/Affliction (2020)
Premisnya simple, bercerita soal sepasang suami istri, Nina dan Hasan yang punya personality yang sangat berbeda. Nina yang baru saja kehilangan Ibunya, kedatangan seorang wanita dari kampung Hasan yang mengaku bahwa ia yang merawat Bundanya Hasan selama ini di Kampung.
Bundanya Hasan memang hidup sendirian dan punya penyakit Alzheimer yang menyebabkan Nina jadi khawatir. Muncullah wacana untuk memboyong Bundanya Hasan ke Jakarta. Masalahnya, Hasan dan ibunya seolah-olah estranged dan Hasan juga keberatan buat pulang.
Nina yang baru kehilangan Ibunya jadi ngotot harus pulang ke Hasan. Akhirnya Hasan dengan reluctant mengiyakan kemauan Nina. Baru sampe ke rumah Bunda, kita langsung disuguhi adegan Bunda mengendap-endap megang pisau sambil mendengar suara-suara yang gak jelas.
Latar belakang Bunda yang misterius dan Nina yang keponya maksimal bener-bener sukses bikin penonton jadi serius pengen tahu kenapa Bunda bisa sampe Alzheimer, kenapa perilakunya seperti itu dan ada rahasia apa di rumah itu sampai Bunda nggak bisa meninggalkan rumah tersebut.
Pelan-pelan kita dipaksa untuk mengikuti kisah Nina yang ((bertualang)) di rumah Bunda untuk mencari tahu soal rahasia masa lalu Bunda.
Tetap Rawan Plothole
Walau sebenernya film ini punya premise yang bagus, ada banyak hal yang membuat saya kurang nyaman selama menonton film ini.
Yang pertama adalah karakter Ibnu Jamil/Hasan yang dicitrakan distant, workaholic, dan lain-lain. Hasan ini ceritanya adalah seorang psikolog anak. Tapi sepanjang film, kita cuma liat Hasan yang asshole bukan Hasan yang distant.
Beda ye, orang workaholic sama orang yang berengsek gatau waktu dan tempat.
Walhasil meski Hasan adalah salah satu karakter kunci dalam cerita ini, akting Ibnu Jamil jadi kerasa sinetron dan cheesy banget--apalagi ketika disandingkan dengan akting Raihaanun/Nina--yang meski kadang keponya berlebih dan nggak perlu, tapi tetap berasa emosinya.
Yang membuat saya kurang nyaman lagi adalah, film ini terasa ingin menduplikasi pola cerita Hereditary dimana idenya adalah hadirnya sebuah keluarga yang distressed, delusional, hingga kita nggak tahu mana yang realitas dan mana yang bukan. Sayangnya eksekusi cerita ini belum dapat memberikan slow paced horror yang diberikan oleh Hereditary. Mungkin karena setting latar ceritanya yang kurang memberikan kesan remote kepada kita semua.
Banyak yang bilang film ini mirip dengan Relic. Saya sendiri sudah menonton Relic dan fokus Relic kepada metafora penyakit Alzheimer dan Dementia sebenarnya 'gila' dan horror banget. Sayangnya Pulang terkesan menyuapi penontonnya, jadi penonton juga kurang bisa menyelami karakter Bunda dan penyakitnya. Bahkan fokus disini lebih banyak ke kemampuan Nina untuk ((melihat setan)) daripada ke penyakit Bunda dan penyebabnya
Karakter anak-anak Nina sendiri terasa seperti tempelan belaka karena fokus tetap ada pada Nina dan Bunda. Padahal jika karakter anak-anak ini bisa digali lebih dalam, saya yakin Pulang bisa menjadi film yang benar-benar luar biasa. Malah ada banyak scene yang terkesan "dilambat-lambatkan" seperti adegan anaknya Nina hilang, adegan ngompol, dan lain sebagainya.
Rasa ngeri yang harusnya lahir dari kesan terisolasi pada film-film slow paced horror juga mendadak hilang di third act film ini. Kisah soal masa lalu Hasan dan Bunda juga tidak memberikan kengerian yang berarti. Disini saya cukup kecewa dengan adegan-adegan yang sifatnya flashback karena menurut saya akan jauh lebih seram ketika Nina yang menyusun potongan puzzlenya sendiri.
Mungkin karena durasi juga ya, jadi rasa horror dari Pulang kurang nempel di benak saya. typically, film-film Slow-Paced Horror seperti Pulang memang membutuhkan durasi yang panjang sedangkan Pulang sendiri memang bukan film yang panjang
All in All...
Teddy Soeriatmadja berusaha banget untuk bisa appeal ke penonton mainstream yang suka dengan genre horror-flicks, sayangnya usaha ini malah membuat filmnya jadi nanggung. Di sisi lain, film ini terlalu slow untuk mainstream horror indonesia, namun juga terlalu easy untuk para veteran penikmat Horror
Namun tidak tepat juga kalau dibilang film ini tidak bagus. Justru sebaliknya, Pulang menjadi salah satu film horror yang cukup berkesan meskipun endingnya masih terasa stale di lidah. Menurut saya jika cerita hehantuan disini dikurangi malah akan lebih creepy. Belum lagi interaksi keluarga Bunda yang sebenarnya bagus banget jika diulik lebih dalam.
Akting Raihanun dan Bunda di film ini harus diacungi empat jempol, karena penggalian karakternya dapet banget. Nina dan Bunda adalah kombo laknat yang bisa bikin kita merasa tidak nyaman saat menonton interaksi mereka. Disisi lain akting Ibnu Jamil jadi berasa kurang dapat mengimbangi, entah karena dialog-dialog yang terasa cetek atau memang konsep detached ini sama sekali nggak didapat oleh karakter Hasan.
Tapi serius, interaksi Nina + Bunda berhasil memberikan rasa tidak nyaman yang luar biasa bagi saya, ketakutan sekaligus rasa penasaran Nina berasa real dan meyakinkan. Andai saja film ini bisa menggali lebih banyak interaksi antara Nina dan Bunda, saya yakin Pulang akan menjadi salah satu film horror yang nge-set Benchmark untuk film-film horror lainnya.
Kalo ngomongin kuliner medan, apa sih yang ada di bayangan kalian? Durian? Bika Ambon? Soto Medan? Pokat Kocok? Bihun Bebek? Nah kalau ngomongin oleh-oleh lampung? Apa sih yang ada di dalam pikiran kalian? (Psst, buat yang ngomong pisang, kita sehati ya) Nah kalau kalian sering baca DUCKOFYORK pasti tau lah kalau saya pasti mau ((mengikhtisarkan)) kontennya BEDAH: Berita UKM Daerah yang ada di Youtubenya Ninja XPress. Saya tahu kalian pasti bakal lebih ngekek kalo nonton langsung karena ada perilaku Fico dan Pras yang kadang bikin elus dada sekaligus elus perut. ((brb ngelus dada jay park)) Kulineran di Medan? Siapa Takut! Saya tuh kepikiran banget untuk kulineran di Medan tapi udah lama banget nget nget nggak jadi-jadi kesana. Agak kesel ya karena udah janjiin teman-teman kuliah buat main bareng keliling Sumatera Utara. Katanya Bang Mpin, youtuber kuliner dari Sumatera Utara di BEDAH: Berita UKM Daerah episode 2 , kuliner dan masakan Medan itu identik dengan Andaliman. Andaliman ...
Jadi minggu lalu saya diundang untuk hadir di acara Blogger Gathering with Natur di Bong Kopitown, Sagan, Yogyakarta. Acara ini merupakan acara gathering sekaligus pengenalan produk-produk Natur khususnya Natur Hair Mask. Sebelum acara ini, saya sudah familiar dengan produk Natur, terutama dengan shampoo dan tonicnya yang saya menggunakan saat saya memotong rambut saya model b uzzcut (emang agi tuh anaknya eksperimental banget gengs). Cuma mohon maaf nih, mohon maaffff banget, waktu itu saya nggak lanjut pake Natur karena bete sama baunya yang jamu banget... Kemudian saya pindah ke merk sebelah, tapi pencarian akan shampoo dengan bahan-bahan yang natural tetap berlangsung. Dari merk indie, merk lokal drugstore, sampe merk impor yang belinya kudu titip sama temen di Australia pun saya cobain. Hasilnya mah begitu-begitu aja beb, nggak ada bedanya. Emang jujur aja, untuk skin, body and hair care saya masih berpedoman untuk sebisa mungkin pilih yang alami makanya pilihan produk yang saya...
Hae gaes, lama tidak bersua di review beauty duckofyork. Kenapa jarang review beauty? Well sebenernya banyak konten beauty yang saya persiapkan untuk kalian, tapi kita mulai dari yang ringan-ringan dulu ya, seperti hasıl treatment DFT saya kemarin di NMW Skin care Yogyakarta Sebelumnya, saya sudah pernah melakukan beberapa treatment di NMW Skincare Yogyakarta yaitu facial dan IPL . Ini adalah salah satu klinik skincare langganan saya di jogja. Review teman-teman saya terutama yang non-blogger juga positif banget, makanya saya selalu tertarik mencoba treatment baru mereka. Kemarin, saya diajak untuk mencoba Treatment Derma Face Therapy atau yang umum dikenal sebagai treatment DFT di NMW Skincare Yogyakarta. Seperti biasa saya treatment bareng sama hanifa, karena emang lebih enak treatment kecantikan bareng temen heuheuheu. Disclaimer: Review ini merupakan review jujur experience saya selama melakukan treatment Derma Face Therapy. Saya tidak dibayar untuk menulis mengenai treatment ...
Komentar
Posting Komentar